Translate

Senin, 23 Juni 2014

KEMATIAN MENAKJUBKAN

KEMATIAN MENAKJUBKAN
Oleh: Ahmad bin Shalih az-Zahraniy
Aku tidak suka pada kematian, dan kita semua tidak menyukainya karena berbagai faktor. Mungkin diantara faktornya adalah: merasa sulit menghadapi apa yang terjadi setelah kematian, merasa punya banyak kelalaian dan berat meninggalkan orang-orang yang dikasihi.
Walaupun demikian, namun aku merasa bahwa kematian itu menakjubkan, karena ia dapat membuktikan hakikat sesuatu dan membongkar kepalsuan.
Seberapapun keras, kaku, dan congkaknya manusia, maka seluruh kekuatannya akan hilang sekejap di hadapan kekuatan maut dan keangkuhannya. Lihatlah Fir’aun yang dengan congkaknya mengatakan pada rakyatnya, “Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagi kalian selain aku”, dan ia memperlakukan Bani Isra’il dengan berbagai kezhaliman sampai di saat-saat ia melihat kematian di hadapannya, maka ia berkata sebagaimana dikisahkan ALLAH Ta'ala:
“Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil" (QS. Yunus: 90).
Sejarah kehidupan umat manusia telah menyaksikan banyak raja Fir’aun, sebagian mereka menjadi Fir’aun karena kekuasaannya, sebagian karena ilmu dan retorikanya, semuanya itu adalah orang-orang angkuh dan enggan menerima kebenaran serta berdalih dengan Fir’aun yang pertama, mereka sama-sama berada dalam kedurhakaan dan larut dalam kebathilan padahal kebenaran telah jelas bagi mereka:
...
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya” (QS. An-Naml: 14).
Pemberitaan Al-Qur’an menunjukkan perihal mereka di sejumlah ayat, seperti Firman ALLAH Ta'ala:
“Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebathilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai Hari yang diancamkan kepada mereka” (QS. Al-Ma’arij: 42).
Ya benar, sungguh penyimpangan berpikir dan akhlak pada zaman kita sekarang ini telah sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan, sehingga orang-orang menyimpang berlomba-lomba melakukan hal yang paling aneh, sehingga namanya pun selalu masuk dalam daftar orang-orang yang menggeluti penyimpangan.
Sungguh penyimpangan dalam berpikir tidak dapat dikendalikan.
Para generasi awal telah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan penyimpangan ini dengan bersikap tegas dan keras, namun para pelaku penyimpangan ini tetap saja ada, padahal telah ditulis berbagai karya dan tulisan, baik yang panjang maupun yang ringkas, namun tetap saja mereka eksis adanya.
Sebenarnya mereka telah diusir, diasingkan, dan diboikot akan tetapi tetap saja mereka mempertahankan penyimpangan mereka.
Satu hal saja yang dapat membuat kecil keyakinan baja dan menghancurkan kunci hati mereka sebagaimana hancurnya hati Fir’aun sehingga pada saat itu tidak ada lagi penghalang untuk menerima kebenaran. Tahukah Anda apa itu?:
Dia adalah kematian.
Semua mereka yang enggan menerima kebenaran yang datang dari Nabi #, baik itu orang-orang kafir, munafik, atau orang-orang yang memiliki metode pemikiran yang menyimpang; bila mereka semua sudah menghadapi kematian, maka akan terbuka bagi mereka hakikat yang sebenarnya dan mereka akan mengakuinya. ALLAH Ta'ala ber-Firman:
• ...
“Tidak ada seorangpun dari Ahlul Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya” (QS. An-Nisaa`: 159).
Tapi yang disayangkan, karena pengakuan tersebut sudah terlambat dan tidak lagi bermanfaat; pengakuan yang keluar saat telah diangkat beban tanggung jawab dan saat berakhirnya masa ujian.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dan engkau akan dapati mayoritas mereka yang keluar dari manhaj Salaf, baik itu para penganut ilmu Kalam atau tarikat Shufi, mereka mengakui hakikat kebenaran saat mereka mati atau sebelumnya”. Dan kisah tentang hal tersebut sangat banyak sekali. Contohnya Abul Hasan al-Asy’ariy * yang tumbuh dalam lingkungan Mu’tazilah selama 40 tahun, kemudian ia meninggalkannya dan berbalik menghukumi sesat aliran Mu’tazilah serta membantah mereka dengan bantahan yang sangat keras sekali.
Contoh lain adalah Abu Hamid al-Ghazaliy , dengan kecerdasan luar biasa yang dimilikinya, keahliannya dalam ilmu Kalam, ibadahnya, filsafat, meniti jalan ke-zuhud-an, olah batin dan Tasawwuf, beliau akhirnya berhenti dari semua itu dan mengalami kebingungan, kemudian akhirnya beliau mengikuti jalan para pakar Kasyaf, walaupun akhirnya setelah itu beliau kembali pada jalannya Ahli Hadits dan beliau menulis satu kitab yang bernama Iljam al-‘Awwam ‘an ‘Ilm al-Kalam.
Ada juga kisah tentang Imam al-Haramain yang meninggalkan seluruh apa yang diikuti dan ditetapkannya kemudian memilih madzhab Salaf dan beliau berkata saat wafatnya: “Aku telah mengarungi lautan berbahaya dan aku tinggalkan penganut Islam dan segala ilmu yang mereka miliki, lantas aku geluti perkara yang mereka larang aku untuk memasukinya. Dan sekarang jika Rabb-ku tidak menolongku dengan rahmat-Nya maka sungguh kebinasan yang akan menimpa Ibn Al-Juwainiy. Inilah aku, sekarang aku akan mati dalam kondisi mengikuti aqidah Ibuku”. Atau dalam riwayat lain beliau mengatakan “... dalam kondisi mengikuti aqidah orang terdahulu dari penduduk Naisabur”.
Begitu juga dengan Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Karim asy-Syahrustaniy *, beliau mengabarkan bahwa ia tidak menemukan dalam filsafat dan ilmu Kalam melainkan kebingungan dan penyesalan.
Dan orang yang hadir saat kematian Imamnya pakar Mantiq di zamannya al-Khaunajiy, penulis kitab Al-Mujaz dan Kasyf al-Asrar serta kitab lainnya, bahwa ia berkata saat kematiannya: “Aku mati dan tidak mengetahui apa-apa melainkan pengetahuanku bahwa sesuatu yang mungkin itu butuh pada hal yang wajib”. Kemudian beliau berkata: “Butuh merupakan sifat negatif, aku mati dan tidak mengetahui apa-apa”.
Dan masih banyak lagi kisah lain selain ini. Semua mereka yang terang-terangan melakukan penyelewengan pemikiran dan melakukan pembangkangan serta kedurhakaan seperti wanita yang mencari jodoh melalui kemitraan itu; semua mereka akan kolaps (hancur) ketika mengalami awal Sakaratul Maut, dan pada saat itu mereka mengetahui bahwa lampu-lampu stasiun televisi, kilatan kamera, berita utama surat kabar, dan tepuk tangan orang-orang bodoh tidak dapat menolong dan membantu mereka.
Pada saat itu kebenaran akan terungkap di hadapan mereka; kebenaran yang dirindukan untuk kembali padanya dengan ide baru dan pengetahuan tajam.
Namun telah datang waktunya penyesalan:
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada Hari itu amat tajam”. (QS. Qaaf: 22).
Hidup ini sangat singkat betapa pun lamanya….
Jika perilaku dan perkataan orang-orang yang menyimpang dari para penulis di surat kabar, budayawan penganut paham Barat dan para pemilik hati yang ragu, bimbang serta ingkar maka mari kita dengungkan Firman ALLAH Ta'ala:
... ...
“... biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebathilan) dan bermain-main”
(QS. Al-Ma’arij: 42).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar