Translate

Minggu, 29 Juni 2014

MENGGAPAI PUASA SEJATI

MENGGAPAI PUASA SEJATI
Dr. Muhammad Abdullah al-Habdān
Bersamaan dengan kedatangan bulan Ramaḍhān yang penuh berkah, umat Islam pun bersiap diri untuk menjalankan ibadah puasa. Masing-masing akan beroleh imbalan dan pahala puasanya sebesar niat, kesungguhan, dan usahanya. Perbedaan mutu dan tingkat kesungguhan dalam memaksimalkan potensi Ramaḍān bukan suatu kemustahilan, tetapi fakta yang terjadi di tengah umat.
Siapa yang kurang sempurna dalam mengisi Ramaḍān, maka pahala yang didapatkannya pun akan tidak sempurna; Siapa yang mengisinya dengan sungguh-sungguh namun sekedar memenuhi kewajiban, maka pahalanya pun sesuai dengan usaha yang telah dilakukannya; Dan siapa yang mempuasakan bulan Ramaḍān dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka merekalah yang mukmin sejati yang akan menjadi pemenang di ujung Ramaḍān.
Puasa sejati tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum serta kecendrungan seksual, tetapi juga mencakup berbagai hal yang menjadi syarat untuk meraih kemenangan dan pahala yang sempurna.
Yang terpenting dari berbagai hal itu, antara lain ialah:
1. Menjaga lidah; karena berbagai bala berawal dari lidah. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits sahih,
مَنْكَانَيُؤْمِنُبِاللَّهِوَالْيَوْمِالْآخِرِفَلْيَقُلْخَيْرًاأَوْلِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam!” (H.R. Bukhari, Muslim).
Betapa banyak kata-kata yang [ saking tak elok lafalnya] seolah berkata kepada orang yang mengucapkannya tinggalkan saya! Oleh karena itu hendaklah masing-masing kita menahan lidahnya dari ucapan sia-sia, dari perkataan keji, dari menciptakan kebisingan, berdebat tanpa hak, ghibah, namimah, kata-kata bohong, kesaksian palsu, kebohongan publik, mengolok-olok, dan bersumpah palsu.
Rasulullah telah bersabda,
رُبَّصَائِمٍحَظُّهُمِنْصِيَامِهِالْجُوعُوَالْعَطَشُوَرُبَّقَائِمٍحَظُّهُمِنْقِيَامِهِالسَّهَرُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar, betapa banya orang yang melakukan qiamul lail tidak mendapatkan apa-apa dari qiamul lailnya selain bergadang.” (H.R. An-Nasā`i). Beliau juga telah bersabda,
إِذَاكَانَيَوْمُصَوْمِأَحَدِكُمْفَلَايَرْفُثْوَلَايَجْهَلْفَإِنْجَهِلَعَلَيْهِأَحَدٌفَلْيَقُلْإِنِّيامْرُؤٌصَائِمٌ
“Jika seseorang pada suatu hari berpuasa, janganlah dia berbuat rafaṡ (berkata-kata kotor), jangan berbuat fasik, jangan berbuat jahil. Jika ada yang mencacinya hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya berpuasa!’” (H.R. Ahmad)
Beliau juga bersabda,
مَنْلَمْيَدَعْقَوْلَالزُّورِوَالْعَمَلَبِهِفَلَيْسَلِلَّهِحَاجَةٌفِيأَنْيَدَعَطَعَامَهُوَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dan perilaku bohong, tidak meninggalkan kejahilan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (H.R. Bukhari)
2. Menahan dan menjaga pandangan, karena orang yang sebenar berpuasa ialah orang yang takut kepada Allah dalam urusan matanya, sehingga dia tidak sudi menolehkan kedua bola matanya memandang hal-hal yang diharamkan, tidak membiarkan keduanya menyeret dirinya kepada kebinasaan dan hukuman Allah, atau kepada penyakit jiwa. Hal itu karena pandangan yang haram adakalanya diikuti oleh pelakunya dengan perbuatan memuaskan nafsunya yang bergejolak akibat pandangan tersebut sehingga dia pun betul-betul melakukan perbuatan yang haram yang mengakibatkan puasanya menjadi batal; adakalanya pula dia berhenti pada sebatas memandang tanpa memenuhi dorongan yang diakibatkan pandangan tersebut.Tetapi ini akan membuat jiwanya tertekan terpaksa menahan arus deras dorongan syahwat yang ditimbulkan oleh pandangan.
Goncangan ini akan memberikan pengaruh buruk dan menimbulkan penyakit jiwa. Oleh karena itu bertakwalah kepada Allah wahai orang yang membiarkan kedua matanya memandang yang haram, sebab mata juga berzina; zina mata adalah memandang yang diharamkan.
3. Menahan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang tidak halal didengarkan, baik itu berupa senda gurau yang merusak, ghibah dan lain sebagainya. Kiranya cukuplah sebagai peringatan, bahwa Allah menyandingkan perilaku mendengarkan kebohongan dengan memakan harta yang haram. Allah berfirman,
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram....” (Q.S. al-Mā`idah, 42)
Allah juga menjadikan kecendrungan mendengarkan kebohongan dan merasa tenang dengannya sebagai bagian dari perilaku hina orang-orang Yahudi, Allah berfirman,
“Wahai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya dari golongan orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka, ‘Kami telah beriman,’ padahal hati mereka belum beriman; dan dari golongan orang-orang Yahudi. (Mereka, orang-orang Yahudi itu) Amat suka mendengar (berita-berita) bohong....” (Q.S. al-Mā`idah, 41).
Pun Allah berfirman tentang perihal majlis atau forum yang berisi pembicaraan yang batil,
“Maka janganlah kamu duduk beserta mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) maka kamu serupa dengan mereka... (Q.S. an-Nisā`, 140)
Orang yang mengatakan kebatilan dan mendengarkannya dengan senang hati (rida) sama-sama berdosa, Jābir % berkata, “Jika Anda berpuasa, maka hendaklah puasakan juga pendengaran Anda, penglihatan Anda, dan lidah Anda dari kebohongan dan segala yang diharamkan, tinggalkan perilaku menyakiti tentangga, dan hendaklah Anda bersikap tenang, jangan jadikan hari puasa dengan hari tidak berpuasa Anda sama saja.”
Puasa merupakan nikmat yang besar, nikmat yang menghapus dosa-dosa, nikmat yang meninggikan derajat, menguatkan hubungan hamba dengan Rab-nya, karena puasa adalah ibadah tersembunyi. Semakin tersembunyi sebuah ibadah semakin ia lebih dekat kepada ikhlash. Oleh karena itu jagalah dengan seksama, semoga Allah melipatgandakan pahala Anda, dan Anda sendiri akan memuji hasil yang dipetik ketika kelak menghadap Allah, hari kebahagiaan terbesar sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah,
لِلصَّائِمِفَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌعِنْدَفِطْرِهِ،وَفَرْحَةٌعِنْدَلِقَاءِرَبِّهِ (رواه البخاري)
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, satukebahagiaan saat berbuka, dan satu kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rab-nya. (H.R. Bukhari)
Jika demikianlah adanya ibadah puasa, maka sudah seharusnya kita bertanya-tanya kepada diri masing-masing,
“Apakah kita merasakan kemuliaan rohani ketika menjalankan ibadah puasa?”
“Mengapa kita tidak menjadikan Ramaḍān sebagai musim membekali diri dengan kebaikan dan menitipkannya kepada rohani kita sebagai bekal perjalanan kita sepanjang tahun? Sehingga usia kita hanya berisi kebaikan, berkah, dan kemuliaan.”
Ramaḍān adalah medan perang di mana materi dan rohani berlaga, oleh karena itu jangan sampai Anda menjadi pecundang, jangan sampai perut Anda puasa menghindari makan dan minum tetapi anggota tubuh berbuka dengan melakukan maksiat. Jangan sampai Anda justru giat bergadang mengisi malam dengan film-film, permainan, senda-gurau, dan malas beribadah. Jangan sampai Anda terjerembab kepada hal-hal ini, karena itulah yang membahagian setan,yang tidak diridai Allah Yang Maha Rahman. Ingatlah selalu petuah Rasul Anda,
رُبَّصَائِمٍحَظُّهُمِنْصِيَامِهِالْجُوعُوَالْعَطَشُ(رواه أحمد)
“Betapabanyakorang yang puasa yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan haus...” (H.R. Ahmad)
Orang yang lambungnya puasa dari makanan dan minuman, organ seksualnya puasa dari syahwat, seluruh anggota tubuhnya puasa dari segala yang diharamkan, dan menunaikan semua yang disukai Allah dalam bulan ini baik itu berupa shalat, zikir, berbuat baik, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya, sesungguhnya dialah yang mendapatkan kemenangan, dan telah menunaikan puasa Ramaḍān sebagaimana mestinya.
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang yang sungguh-sungguh dan benar-benar berpuasa.

Senin, 23 Juni 2014

PERISTIWA-PERISTIWA DI BULAN RAMADHAN

PERISTIWA-PERISTIWA DI BULAN RAMADHAN
1. Turunnya al-Qur`an
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran." (QS. Al-Baqarah: 185)
Dan ayat pertama kali yang turun di dalam al-Qur`an adalah [اقْرَأْ], turun pada hari Senin, di waktu malam Lailatul Qadar bulan Ramadhan, tahun 13 SH (Juli 610 M) Jumhur ulama mengatakan tangal 17 Ramadan, namun beberapa sahabat mengatakan bahwa itu terjadi pada tanggal 24, dan masih ada pendapat-pendapat lainnya. Wallahu a'lam.
2. Islamnya Khadijah , dia adalah manusia pertama yang beriman kepada Nabi , dan di dalam bulan Ramadhan pula dia wafat .
3. Sariah (pasukan perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah ) Hamzah , bendera pertama kali yang ditegakkan oleh Rasulullah . Kejadian tersebut terjadi pada penguhujung tujuh bulan setelah hijrah beliau. Pasukan tersebut terdiri dari 30 penunggang onta, menuju pantai dan mencapai tepi laut. Mereka akan menghadang kafilah Quraisy yang datang dari Syam menuju Makkah. Diantara mereka ada Abu Jahal, terdiri dari 300 penunggang onta, merekapun bertemu, dan berbaris untuk perang. Maka berjalanlah Majdi ibn 'Amr al-Juhani di tengah-tengah mereka hingga kedua belah pihak berpisah tanpa ada peperangan.
4. Diwajibkannya zakat fitrah dan zakat yang memiliki nishab, dan disyariatkan pula shalat 'Ied (tahun ke-2 Hijriah)
5. Perintah berjihad (tahun ke-2 H)
6. Perang Badar besar (pada hari Jum'at, 17 Ramadhan, tahun ke-2 H), yang disebut al-Qur`an sebagai yaumul furqan (hari pembeda). Jumlah kaum muslimin kala itu 313 orang laki-laki, dengan satu orang penunggang kuda. Mati syahid 14 orang. Adapun orang-orang musyrik berjumlah 1000 orang; diantara mereka 80 penunggang kuda, 70 orang terbunuh, dan 70 orang lainnya tertawan. Ikut serta dalam peperang tersebut 1000 malaikat yang berbaris.
7. Masuk Islamnya delegasi Tsaqif (tahun ke-7 H)
8. Wafatnya Fathimah binti Rasulillah (tahun ke-11 H)
9. Terbunuhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalif , di Kufah. Dibunuh oleh orang Khawarij, Abdurrahman bin Muljam al-Humairi, pada subuh 27 Ramadhan 40 H, sementara beliu berusia 58 tahun. Kekuasaan beliau berlangsung empat tahun, tujuh bulan dan enam hari.
10. Kemenangan terbesar (fathu Makkah) Terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke 8 H, disebut juga fathul futuh, karena saat itu saat manusia masuk berbondong-bondong ke dalam agama Islam sebagai pengaruh dari fathu Makkah. Pada peristiwa itu Abu Sufyan dan sejumlah tokoh-tokoh Quraisy masuk Islam. Di dalamnya diperintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar Ka'bah.
11. Kematian Ummul Mukminin Aisyah (58 H)
12. Terjadinya peperangan Balathus Syuhada` (Nisan Para Syahid) (114 H, Oktober 732 M) di dataran Perancis di atas tepi sungai Liwar, yang mana kaum muslimin dikomandoi oleh Abdurrahnman al-Ghafiqi. Pada peperangan tersebut kaum muslimin mengalami kerugian, dan itu adalah usaha terakhir yang dilakukan oleh khilafah dalam membuka negeri Barat untuk menyampaikan Islam kepadanya.
13. Peperangan Ain Jalut (658 H, 6 September 1260 M) yang dimenangkan oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh Raja Mudzaffar atas Tartar yang tidak ada bandingannya kala itu, sejak mereka mulai menyerbu Negeri Timur Islam

KEMATIAN MENAKJUBKAN

KEMATIAN MENAKJUBKAN
Oleh: Ahmad bin Shalih az-Zahraniy
Aku tidak suka pada kematian, dan kita semua tidak menyukainya karena berbagai faktor. Mungkin diantara faktornya adalah: merasa sulit menghadapi apa yang terjadi setelah kematian, merasa punya banyak kelalaian dan berat meninggalkan orang-orang yang dikasihi.
Walaupun demikian, namun aku merasa bahwa kematian itu menakjubkan, karena ia dapat membuktikan hakikat sesuatu dan membongkar kepalsuan.
Seberapapun keras, kaku, dan congkaknya manusia, maka seluruh kekuatannya akan hilang sekejap di hadapan kekuatan maut dan keangkuhannya. Lihatlah Fir’aun yang dengan congkaknya mengatakan pada rakyatnya, “Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagi kalian selain aku”, dan ia memperlakukan Bani Isra’il dengan berbagai kezhaliman sampai di saat-saat ia melihat kematian di hadapannya, maka ia berkata sebagaimana dikisahkan ALLAH Ta'ala:
“Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil" (QS. Yunus: 90).
Sejarah kehidupan umat manusia telah menyaksikan banyak raja Fir’aun, sebagian mereka menjadi Fir’aun karena kekuasaannya, sebagian karena ilmu dan retorikanya, semuanya itu adalah orang-orang angkuh dan enggan menerima kebenaran serta berdalih dengan Fir’aun yang pertama, mereka sama-sama berada dalam kedurhakaan dan larut dalam kebathilan padahal kebenaran telah jelas bagi mereka:
...
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya” (QS. An-Naml: 14).
Pemberitaan Al-Qur’an menunjukkan perihal mereka di sejumlah ayat, seperti Firman ALLAH Ta'ala:
“Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebathilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai Hari yang diancamkan kepada mereka” (QS. Al-Ma’arij: 42).
Ya benar, sungguh penyimpangan berpikir dan akhlak pada zaman kita sekarang ini telah sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan, sehingga orang-orang menyimpang berlomba-lomba melakukan hal yang paling aneh, sehingga namanya pun selalu masuk dalam daftar orang-orang yang menggeluti penyimpangan.
Sungguh penyimpangan dalam berpikir tidak dapat dikendalikan.
Para generasi awal telah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan penyimpangan ini dengan bersikap tegas dan keras, namun para pelaku penyimpangan ini tetap saja ada, padahal telah ditulis berbagai karya dan tulisan, baik yang panjang maupun yang ringkas, namun tetap saja mereka eksis adanya.
Sebenarnya mereka telah diusir, diasingkan, dan diboikot akan tetapi tetap saja mereka mempertahankan penyimpangan mereka.
Satu hal saja yang dapat membuat kecil keyakinan baja dan menghancurkan kunci hati mereka sebagaimana hancurnya hati Fir’aun sehingga pada saat itu tidak ada lagi penghalang untuk menerima kebenaran. Tahukah Anda apa itu?:
Dia adalah kematian.
Semua mereka yang enggan menerima kebenaran yang datang dari Nabi #, baik itu orang-orang kafir, munafik, atau orang-orang yang memiliki metode pemikiran yang menyimpang; bila mereka semua sudah menghadapi kematian, maka akan terbuka bagi mereka hakikat yang sebenarnya dan mereka akan mengakuinya. ALLAH Ta'ala ber-Firman:
• ...
“Tidak ada seorangpun dari Ahlul Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya” (QS. An-Nisaa`: 159).
Tapi yang disayangkan, karena pengakuan tersebut sudah terlambat dan tidak lagi bermanfaat; pengakuan yang keluar saat telah diangkat beban tanggung jawab dan saat berakhirnya masa ujian.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dan engkau akan dapati mayoritas mereka yang keluar dari manhaj Salaf, baik itu para penganut ilmu Kalam atau tarikat Shufi, mereka mengakui hakikat kebenaran saat mereka mati atau sebelumnya”. Dan kisah tentang hal tersebut sangat banyak sekali. Contohnya Abul Hasan al-Asy’ariy * yang tumbuh dalam lingkungan Mu’tazilah selama 40 tahun, kemudian ia meninggalkannya dan berbalik menghukumi sesat aliran Mu’tazilah serta membantah mereka dengan bantahan yang sangat keras sekali.
Contoh lain adalah Abu Hamid al-Ghazaliy , dengan kecerdasan luar biasa yang dimilikinya, keahliannya dalam ilmu Kalam, ibadahnya, filsafat, meniti jalan ke-zuhud-an, olah batin dan Tasawwuf, beliau akhirnya berhenti dari semua itu dan mengalami kebingungan, kemudian akhirnya beliau mengikuti jalan para pakar Kasyaf, walaupun akhirnya setelah itu beliau kembali pada jalannya Ahli Hadits dan beliau menulis satu kitab yang bernama Iljam al-‘Awwam ‘an ‘Ilm al-Kalam.
Ada juga kisah tentang Imam al-Haramain yang meninggalkan seluruh apa yang diikuti dan ditetapkannya kemudian memilih madzhab Salaf dan beliau berkata saat wafatnya: “Aku telah mengarungi lautan berbahaya dan aku tinggalkan penganut Islam dan segala ilmu yang mereka miliki, lantas aku geluti perkara yang mereka larang aku untuk memasukinya. Dan sekarang jika Rabb-ku tidak menolongku dengan rahmat-Nya maka sungguh kebinasan yang akan menimpa Ibn Al-Juwainiy. Inilah aku, sekarang aku akan mati dalam kondisi mengikuti aqidah Ibuku”. Atau dalam riwayat lain beliau mengatakan “... dalam kondisi mengikuti aqidah orang terdahulu dari penduduk Naisabur”.
Begitu juga dengan Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Karim asy-Syahrustaniy *, beliau mengabarkan bahwa ia tidak menemukan dalam filsafat dan ilmu Kalam melainkan kebingungan dan penyesalan.
Dan orang yang hadir saat kematian Imamnya pakar Mantiq di zamannya al-Khaunajiy, penulis kitab Al-Mujaz dan Kasyf al-Asrar serta kitab lainnya, bahwa ia berkata saat kematiannya: “Aku mati dan tidak mengetahui apa-apa melainkan pengetahuanku bahwa sesuatu yang mungkin itu butuh pada hal yang wajib”. Kemudian beliau berkata: “Butuh merupakan sifat negatif, aku mati dan tidak mengetahui apa-apa”.
Dan masih banyak lagi kisah lain selain ini. Semua mereka yang terang-terangan melakukan penyelewengan pemikiran dan melakukan pembangkangan serta kedurhakaan seperti wanita yang mencari jodoh melalui kemitraan itu; semua mereka akan kolaps (hancur) ketika mengalami awal Sakaratul Maut, dan pada saat itu mereka mengetahui bahwa lampu-lampu stasiun televisi, kilatan kamera, berita utama surat kabar, dan tepuk tangan orang-orang bodoh tidak dapat menolong dan membantu mereka.
Pada saat itu kebenaran akan terungkap di hadapan mereka; kebenaran yang dirindukan untuk kembali padanya dengan ide baru dan pengetahuan tajam.
Namun telah datang waktunya penyesalan:
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada Hari itu amat tajam”. (QS. Qaaf: 22).
Hidup ini sangat singkat betapa pun lamanya….
Jika perilaku dan perkataan orang-orang yang menyimpang dari para penulis di surat kabar, budayawan penganut paham Barat dan para pemilik hati yang ragu, bimbang serta ingkar maka mari kita dengungkan Firman ALLAH Ta'ala:
... ...
“... biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebathilan) dan bermain-main”
(QS. Al-Ma’arij: 42).

Mengapa bahasa, perawakan tubuh dan warna kulit kita berbeda-beda padahal kita berasal dari satu manusia yaitu bapak kita Adam Alaihissalam?

BUKANKAH KITA DARI ASAL YANG SAMA YAKNI ADAM ALAIHISSALAM
Pertanyaan: Assalamu'alaikum. Mengapa bahasa, perawakan tubuh dan warna kulit kita berbeda-beda padahal kita berasal dari satu manusia yaitu bapak kita Adam Alaihissalam? Terima kasih.
Al-Fath, di Kendari – Sulawesi.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.
Alasannya adalah karena manusia butuh mengenali satu sama lain. Kalau semua manusia sama maka sulit bagi kita menjalani hidup ini. Coba bayangkan bila di depan kita ada dua orang saudara kembar maka kita akan kesulitan membedakannya. Bagaimana pula dengan seorang guru bila ia masuk kelas dan ia dapati semua muridnya sama, bagaimana ia bisa membedakan mereka?
Juga, bagaimana seseorang akan menikahi wanita yang sama dengan ibu atau saudari perempuannya. Semua itu memotivasi kita untuk memikirkan dan men-tadabburi-nya. Diantara hikmah dari perbedaan itu juga adalah agar kita bisa membedakan antara penjahat dengan orang baik yang patut dihormati. Dari sini kita menyadari bahwa perbedaan antara manusia merupakan kelembutan ALLAH Ta'ala kepada mereka, karena mereka butuh perbedaan tersebut.
Oleh karenanya kita tidak banyak mendapatkan perbedaan di kalangan binatang karena persamaan mereka tidak berdampak buruk; sehingga kita dapati mayoritas ayam sama bentuknya, begitu juga dengan kambing, sapi, dan lain sebagainya. Demikianlah penjelasan singkat dan sederhana ini. Wallahu a’lam.

MASUK ISLAMnya SEORANG MISIONARIS WANITA

MASUKNYA ISLAM SEORANG MISIONARIS WANITA
Oleh: Syekh Mamduh Farhan Al-Buhairi
Pelakon kisah ini bernama Laila La Kuriy, berkebangsaan Philipina, sebelumnya ia memeluk agama Kristen Katolik, dia menceritakan kisahnya sebagai berikut:
"Aku tumbuh di gereja dan di tengah-tengah para biarawati dan pendeta. Dan aku sudah berjanji untuk menyebarkan misi Kristenisasi ke seluruh dunia, oleh karena itu aku harus belajar ilmu Teologi atau ilmu Ketuhanan. Dan benar saja aku telah menempuh pendidikan ilmu Ketuhanan selama tiga tahun, dan seharusnya aku telah berangkat ke Italia untuk mengikuti pelatihan, akan tetapi semakin jauh aku mendalami ilmu Ketuhanan maka semakin bertambah pula keraguan pada hakekatnya (ketuhanan Yesus)".
Yang demikian itu disebabkan oleh beberapa versi dalam Al-Kitab yang menyebutkan bahwa Tuhan itu satu, akan tetapi apa yang kami pelajari berbeda sama sekali, karena dasar keyakinan orang Kristen adalah aqidah Trinitas (kepercayaan Tiga Tuhan). Sementara di dalam Al-Kitab terdapat satu ayat yang menentang keras keyakinan tersebut! Maka dari sinilah kebingungan mulai menggelayut dalam pikiranku. Apakah logis jika aku ragu terhadap agama yang membesarkanku sejak dini dan merupakan agama yang aku cintai? Akan tetapi disana ada perbedaan. Sedangkan perbedaan ini sangat jelas.
Oleh karenanya aku memutuskan untuk segera menyampaikan pertanyaan yang membingungkan ini kepada pendeta yang selama ini aku menimba ilmu Misionaris darinya. Akan tetapi ia bukannya menghilangkan kebingungan dan keraguan di dalam hatiku dan memberikan jawaban yang memuaskan dan dapat melapangkan dadaku serta menenteramkan hatiku. Ia malah berkata kepadaku dengan sikap dingin dan apatis: “Kamu harus mengimaninya dan jangan memikirkannya!”
Segampang itukah aku harus beriman dan tidak boleh berpikir? Apakah logis ada sebuah agama yang menghilangkan sama sekali peran akal dan peran pikiran? Agama apa ini? Dan bagaimana solusinya? Maka semenjak itu aku menjadi ragu untuk berangkat ke Italia. Dan membuat aku semakin banyak membaca dan terus membaca Al-Kitab, dengan harapan aku dapat menemukan sesuatu. Akan tetapi seluruh usahaku tidak memberikan hasil bahkan semakin dalam aku mempelajari Al-Kitab maka semakin besar pula kebingunganku, sehingga keragu-raguan telah menguasai diriku dengan sempurna.
Dari sini aku berencana ingin mengajukan permohonan maaf untuk menjauh dan tidak lagi mempelajari ilmu Ketuhanan. Dan aku sudah memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupanku yang sekarang, dengan harapan aku dapat menemukan jawaban yang memuaskan.
Akan tetapi kemana, dan bagaimana caranya? Maka aku mendengar cerita para wanita Philipina yang pergi ke beberapa negara demi mencari penghasilan. Karena himpitan ekonomi, maka aku memutuskan untuk pergi bersama mereka. Semoga aku mendapatkan jawaban yang memuaskan disana. Akan tetapi aku akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Semoga hal ini menjadi jalan untuk menemukan kenyataan sebenarnya. Dan ALLAH telah menghendaki aku untuk datang ke Yordania.
Disana keadaan tidak kunjung berubah, semua masih seperti semula. Aku tidak menemukan apa-apa selain bekerja di salah satu rumah, dan tidak lebih dari itu. Akan tetapi aku kemudian pergi ke salah satu gereja yang ada disana dan berdo’a di dalamnya. Aku berdoa kepada ALLAH sedangkan pada saat itu aku belum mengenal nama-Nya Jalla Jalaluh yang Maha Suci semua nama-nama-Nya. “Ya Tuhan, Engkau Maha Mengetahui tujuan kedatanganku ke negara ini, dan Engkau Maha Mengetahui api kebingungan telah merobek-robek diriku setiap hari.
Apa yang harus kulakukan wahai Tuhan? Dan tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu wahai Tuhanku! Ya ALLAH jika Engkau Mengetahui bahwa agama dan keyakinan Kristenku adalah agama dan keyakinan yang benar, maka lapangkanlah dadaku padanya, dan jika Engkau Mengetahui bahwa ada agama lain yang benar-benar haq maka mudahkanlah ia untukku, dan tuntunlah aku kepadanya".
Dan saudari Laila berkata: “Ternyata ALLAH telah menjawab do’aku sedang aku masih di dalam gereja”. Maka aku keluar dari gereja tersebut, dan kembali ke rumah tempat aku bekerja. Dan kejadian itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kutaib (kitab kecil) pada salah satu sudut rumah, kitab tersebut menjelaskan tentang aqidah Tauhid.
Ya, ini yang aku cari selama ini. Di dalamnya aku menemukan jawaban yang betul-betul memuaskan, bahwa sesungguhnya ALLAH itu satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Ternyata ALLAH telah menjawab do’a-ku, dan Ia telah mewujudkan keinginanku. Dan setelah aku selesai membaca kitab itu maka aku langsung mendengarkan siaran bacaan Al-Qur’an Al-Karim.
Dan demi ALLAH, walaupun aku tidak memahami bahasa Arab dengan baik akan tetapi aku merasakan ketenangan di dalam dada, rasa ini tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dengan demikian aku memutuskan untuk belajar Islam lebih banyak. Dan Alhamdulillah aku mengumumkan ke-Islamanku di dalam rumah itu. Sehingga setelah selesai masa kontrakku di rumah penuh berkah itu, maka selanjutnya Negara Saudi menjadi pilihanku yang kedua, agar kedua mataku berbahagia bisa melihat Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawiy yang mulia.
Dan Alhamdulillah ALLAH telah memuliakan aku dengan seorang kafil wanita yang baik, dan dia bersedia membawa aku ke salah satu Lembaga Dakwah dan Penerangan Agama Islam, maka disana aku belajar membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab serta pelajaran-pelajaran seputar ilmu Fiqih. Dan aku bertemu dengan beberapa da’i wanita yang melindungi beberapa wanita muslimah yang berasal dari Philipina. Dan sekarang setelah aku menjadi seorang muslimah dan setelah menyelesaikan belajarku di lembaga ini, aku telah memutuskan untuk menjadi seorang da’i kepada Agama yang haq ini, dan menyebarkan misi Islam di Negara asalku.
Padahal dahulu aku bercita-cita menjadi seorang penginjil Wal'iyazu Billahi, akan tetapi kemudian ALLAH memuliakan aku dengan Islam. Ya, aku berbangga dengan agama baruku walaupun dulunya aku seorang pembantu rumah tangga, karena aku telah menjadi seorang muslimah melalui profesi itu. Dan aku yakin ALLAH pasti akan meberikan Surga dengan segala kenikmatannya sebagai ganti dari semua ini, Insya’ Allah!