Translate

Sabtu, 30 Agustus 2014

TERIMA KASIH BANYAK WAHAI MUSUH-MUSUHKU

Oleh Firanda Andirja
Seorang da'i berkata :
Apakah yang harus aku katakan kepada kalian wahai musuh-musuhku… Sungguh rasa gembira yang keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam…
Kalian telah benar-benar membantuku di dunia dan terlebih-lebih di akhirat…
Di akhirat kelak… kalian akan memikul banyak bebanku yang berat…padahal kalian sendiri benar-benar dalam keadaan lemah…sungguh ini merupakan kebaikan yang tiada bandingannya…
Kalian telah menghadiahkan kepadaku pahala-pahala amal kebajikan kalian kepadaku, di saat kalian benar-benar sangat membutuhkannya….sungguh kebaikan yang tiada tara…

Wahai kalian yang menggibahku…yang memakan hartaku…yang merendahkan harga diriku…yang berdusta atas namaku…yang hobi mencari-cari kesalahanku…sungguh kalian telah berbuat kebaikan yang tiada tara bagiku…, teruskanlah perjuangan kalian menzolimiku…sungguh aku sangat butuh dengan hadiah kalian pada hari kiamat kelak…

Aku sangat butuh –pemberian- kalian untuk memperberat timbangan kebaikanku…
Sungguh betapa bahagianya aku tatkala aku tahu bahwasanya aku tidak bisa meraih tempat yang sangat mulia hanya sekedar mengandalkan amal kebajikanku?, akan tetapi berkat hadiah kalian akupun bisa meraih kedudukan mulia tersebut….karenanya jangan ragu-ragu untuk meneruskan perjuangan kalian menjatuhkan aku…!!!

Rasulullah bersabda,

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكاَةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian apa yang disebut dengan orang yang bangkrut?”, mereka (para sahabat) berkata, “Orang bangkrut yang ada diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki barang dagangan”. Rasulullah berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa, dan zakat. Dia datang dan telah mencela si fulan, telah menuduh si fulan (dengan tuduhan yang tidak benar), telah memakan harta si fulan, telah menumpahkan darah si fulan, dan telah memukul si fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada si fulan dan si fulan. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum cukup untuk menebus kesalahan-kesalahannya maka diambillah kesalahan-kesalahan mereka (yang telah ia dzolimi) kemudian dipikulkan kepadanya lalu iapun dilemparkan ke neraka” (HR Muslim no 2581)

Dikatakan kepada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah bahwasanya si fulan telah mengghibahmu. Maka beliaupun mengirim sepiring makanan yang manis kepada orang yang telah mengghibahnya tersebut lalu berkata kepadanya, “Telah sampai kabar kepadaku bahwasanya engkau telah menghadiahkan (pahala) kebaikan-kebaikanmu kepadaku maka aku ingin membalas kebaikanmu tersebut” (Wafayaatul A’yaan 2/71)

Seorang penyair berkata:
يُشَارِكُ لَكَ الْمُغْتَابُ فِي حَسَنَاتِهِ وَيُعْطِيْكَ أَجْرَ صَوْمِهِ وَصَلاَتِهِ
فَكَافِهِ بِالْحُسْنَى وَقُلْ رَبِّ جَازِهِ بِخَبْرٍ وَكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
فَيَا أَيُّهَا الْمُغْتَابُ زِدْنِي فَإِنْ بَقِيَ ثَوَابُ صَلاَةٍ أَوْ زَكاَةٍ فَهَاتِهِ
Orang yang mengghibahmu menyertakan engkau dalam kepemilikan kebaikan-kebaikannya
Dan ia menghadiahkan kepadamu pahala puasa dan sholatnya
Maka hendaklah engkau membalasnya dengan kebaikan dan katakanlah, “Wahai Tuhanku balaslah dia dengan kebaikan dan hapuslah dosa-dosanya”
Wahai orang yang menggibahku tambahlah hadiahmu kepadaku…
Jika masih tersisa pahala solatmu dan zakatmu maka berikanlah kepadaku.

Kamis, 28 Agustus 2014

Aku Suka Menyendiri


Soal:
Aku suka banyak menyendiri, tidak suka menemui manusia, dan senantiasa senang bersendirian. Karena aku merasa malu yang berlebihan terhadap orang lain. Dan aku selalu merasa bahwa diriku jelek, selalu melakukan kesalahan dalam berbuat bersama orang lain. Dan aku banyak merasa malu untuk berbicara di depan manusia. Bahkan aku merasa takut berbicara di hadapan mereka. Dan jika aku berbicara maka aku tidak menambah lebih dari satu kalimat ringan dan aku merasa menyesal setelahnya.
Sebagaimana aku selalu merasa takut jika bel rumah atau telephon berbunyi, aku khawatir hakku dituntut. Maka bagaimana aku bisa memperbaiki keadaanku, dan bisa hidup seperti kehidupan manusia? Aku memohon agar anda berkenan menolongku, karena aku sangat percaya dengan anda sekalian.
(TKI di KSA)
Jawab:
Kami sambut anda di Majalah Qiblati, selamat datang selalu.
Aku sangat bersyukur dengan kepercayaan anda terhadap kami, dan itu adalah sebuah kemuliaan bagi kami.
Sesungguhnya kondisi yang telah anda sebutkan adalah kondisi yang ringan biidznillah (dengan izin Allah) betapapun hal itu menyebabkan anda merasa gelisah. Kondisi tersebut dikenal dalam ilmu kedokteran dengan sebutan “Takut Sosial”. Keadaan ini adalah keadaan ringan, hanya saja membiarkannya selama ini telah menambah tancapannya di dalam kepribadian anda.
Sesungguhnya penyebab masalah anda adalah perasaan bahwa anda senantiasa merasa diawasi dan diintai. Ini menyebabkan kemelut jiwa yang besar pada diri anda. Dan sebelum kuberikan nasihatku kepada anda, aku berharap agar anda merasa di dalam sanubari anda bahwa obat permasalahan anda adalah ringan, dan bahwa memungkinkan bagi anda untuk melewati kemelut ini dengan mudah. Obat permasalahan anda adalah sebagai berikut:
1. Membenahi pemahaman, yaitu anda harus mengetahui bahwa terdapat perangai yang lebih dari perangai yang anda sebutkan. Perasaan demikian akan membantu pengobatan anda.
2. Takut dan pelarian sosial diobati dengan jalan menghadapinya. Pertama-tama, berhadapan ini dilakukan hanya dalam khayalan saja, kemudian baru dalam kenyataan. Berhadapan di dalam khayalan yang dimaksud adalah anda khayalkan bahwa diri anda berada di depan sekumpulan orang banyak, atau bahwa anda tengah berdiri menyampaikan muhadharah (pengajian) dalam jumlah besar manusia, atau anda mengimami manusia dalam shalat berjama’ah. Anda harus menghidupkan khayalan ini dengan segenap kesungguhan selama tidak kurang dari 20 menit, sekali di waktu pagi dan sekali di waktu sore. Adapun berhadap-hadapan dalam kenyataan adalah engkau hadapai sumber ketakutanmu tanpa ragu-ragu, dan ingat bahwa berhadapan ini adalah langkah awal dan membenahi pemahaman yang telah kusebutkan kepada anda.
3. Janganlah takut pada bimbang, dan jangan takut darinya jika itu terjadi. Maka bersamaan dengan berjalannya waktu dan hari keadaan tersebut akan banyak berubah menjadi lebih baik.
4. Sebagaimana sisi negatif anda telah tersingkap, maka berdirilah dengan menyingkap sisi positif anda. Anda memiliki banyak sisi positif. Pengungkapan sisi positif yang ada pada diri anda akan semakin menambah kepercayaan diri anda (setelah kepada Allah tentunya).
5. Wajib atas anda untuk menghadiri halaqah pembacaan ayat al-Qur`an, kajian-kajian, dan muhadharah-muhadharah. Berusahalah semampu anda untuk bertanya kepada pengisi muhadharah jika anda memiliki pertanyaan.
6. Rutinlah ikut di dalam kegiatan-kegiatan olah raga bersama-sama, seperti sepakbola, dan bulu tangkis, serta berusahalah untuk menyampaikan usul, dan saling bercakap-cakap dengan para pemain, dan jangan bermain dalam keadaan membisu.
7. Mulailah dengan membangun hubungan persahabatan bersama dengan orang yang anda merasa banyak tenang kepadanya, lebih dari itu pergilah bersamanya ke teman-temannya, dan berushalah untuk menyertai mereka dalam pembicaraan, janganlah membatasi diri anda, serta latihlah diri anda untuk menjadi orang yang pemaaf di atas ketenangan anda tanpa memaksakan diri.
8. Jagalah shalat berjama’ah lima waktu, dan perbanyaklah berdo’a.
Aku memohon kepada Allah agar memberimu taufik kepada segenap kebaikan.


sumber :Majalah Qiblati

KESALAHAN-KESALAHAN SEPUTAR SHALAT


Oleh: DR. Ilyas Zuhair

Kaum muslimin, tidak diragukan lagi bahwa diantara syarat diterimanya sebuah amal adalah jika amal tersebut dilakukan ikhlash karena Allah dan sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Rasulullah . Kemudian setelah ini, dibicarakanlah bahwa diantara sebab-sebab berkurangnya pahala shalat adalah beberapa penyimpangan-penyimpangan terhadap shalat Nabi yang biasa terjadi pada sebagian orang yang shalat, padahal Nabi telah bersabda:
« صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّى »
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Shahih, HR. al-Bukhari)
Demikian pula kesembronoan sebagaian mereka terhadap wudhu’ dengan tidak memperhatikannya sementara Nabi telah bersabda:
« مَنْ تَوَضَّأَ كَمَا أُمِرَ وَصَلَّى كَمَا أُمِرَ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ عَمَلٍ »
“Barang siapa berwudhu` sebagaimana dia diperintahkan, dan shalat sebagaimana dia diperintahkan, maka diampunilah (dosa-dosa) amal perbuatan mereka yang telah lalu.” (Hasan Shahih, HR. Ahmad, dan Nasa’i)
Dan berikut ini adalah sebagaian kesalahan-kesalahan manusia dalam thaharah (bersuci) mereka agar mereka menjauhinya dan bisa memberikan nasihat kepada orang yang terjerumus kedalamnya supaya meninggalkannya:
1. Berlebihan dalam penggunaan air wudhu`
كَانَ النَّبِيُّ يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ
“Adalah Nabi berwudhu’ dengan satu mud dan beliau madi dengan satu sha’
(4 mud) hingga 5 mud.” (HR. al-Bukhari)
Al-Imam al-Bukhari berkata: “Para ulama membenci berlebihan dalam air wudhu` dan meninggalkan perbuatan Nabi .
2. Tidak sempurna dalam membasuh anggota-anggota wudhu` hingga sebagaian anggota tetap tidak dalam keadaan terbasuh.
Ini adalah sebuah kekurangan didala wudhu’. Disebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr dia berkata:
تَخَلَّفَ عَنَّا النَّبِيُّ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلَاةُ وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ : « وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنْ النَّارِ » مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا
“Nabi tertinggal dari kami dalam sebuah safar yang kami lakukan, kemudian beliau menyusul dan mendapati kami saat shalat telah membuat kami terlambat sementara kami berwudhu` dan mengusap kaki-kaki kami, maka beliau menyeru dengan suara beliau yang tertinggi: “Kecelakaan api neraka bagi tumit-tumit (yang tidak tersentuh air) (beliau mengulangnya) 2 atau 3 kali.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan Nabi memerintahkan seorang laki-laki untuk mengulang wudhu`nya, dikarenakan dia meninggalkan sesuatu dari kakinya yang tidak di basuhnya.
3. Keyakinan sebagian orang bahwa wajib membasuh kemaluan setiap kali sebelum wudhu`.
Ini adalah sebuah keyakinan salah. Siapa saja yang terbangun dari tidurnya, atau buang angin, maka tidak ada kewajiban atasnya untuk membasuh kemaluannya, kecuali jika dia buang hajat.
4. Tayammum dengan keberadaan air, sementara dia bisa menggunakan air tersebut.
Ini adalah sebuah kesalahan nyata. Allah berfirman:
“… kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); …”(QS. An-Nisa: 43)
Ayat tersebut diatas secara jelas menjelaskan bahwa tayammum tidak boleh dilakukan dengan keberadaan air.
5. Sebagian manusia tertidur di tempat shalatnya, kemudian, jika sudah dikumandangkan iqamah, dia dibangunkan oleh orang disebelahnya, kemudian dia berdiri shalat tanpa berwudhu’.
Orang yang seperti ini wajib untuk berwudhu’ dikarenakan dia terlelap dalam tidurnya. Rasulullah bersabda:
« الْعَيْنُ وِكَاءُ السَّهِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ »
“Mata itu adalah pengikat dubur, barangsiapa tertidur maka berwudhu`lah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Adapun jika dia ngantuk dan masih bisa merasakan orang-orang disekitarnya, maka tidak ada kewajiban bagi dia untuk berwudhu`.
6. Sebagian manusia telah masuk waktu shalat, sementara dia dalam keadaan menahan air kencing, ada kalanya karena malas berwudhu` atau karena jauhnya tempat air darinya –dengan persangkaan jika dia shalat dalam keadaan menahan hajat itu lebih utama daripada shalat dengan tayammum-. Ini adalah sebuah kebodohan darinya. Rasulullah bersabda:
« لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ وَهُوَ يُدَافِعُهُ الأَخْبَثَانِ »
“Tidak ada shalat dengan siapnya makanan dan tidak pula (shalatnya) orang yang menahan dua hajat.” (HR. Muslim)
Syaikhul Islam ditanya tentang orang yang menahan hajat, mana yang lebih afdhal seseorang shalat dengan wudhu` dalam keadaan menahan hajat, atau dia berhadats kemudian dia bertayammum karena tidak adanya air?
Maka beliau menjawab: “Shalat dia dengan tayammum tanpa menahan hajat itu lebih utama daripada shalat dia dengan wudhu` disertai menahan hajat. Dikarena shalat dengan menahan hajat adalah makruh dan dilarang, dan tentang keabsahan shalat tersebutpun ada dua riwayat. Adapun shalat dia dengan bertayammum maka tidaklah makruh secara kesepakatan.

Ingin Bunuh Diri Karena Cinta


Soal:
Sesungguhnya aku sering berfikir untuk bunuh diri karena pernikahan seorang wanita yang kucintai. Aku telah mencintainya selama lima tahun. Akan tetapi selama itu aku belum mampu untuk menikah. Dan dia telah menerima pernikahan dengan orang pertama kali yang datang melamarnya. Sekarang aku hidup sia-sia dalam hari-hariku. Aku jarang sekali keluar dari rumah. Aku terus menerus memikirkan bunuh diri. Selamatkanlah diriku, aku sekarang dalam keadaan bingung.
Jawab:
Hayyakallah, selamat datang di majalah Qiblati.
Pertama-tama, aku tidak tahu apakah anda tahu hukuman bunuh diri?
Sesungguhnya hukuman bunuh diri adalah termasuk hukuman yang terberat. Orang yang bunuh diri telah mengharamkan sorga dan kenikmatannya atas dirinya sendiri. Dia siapkan dirinya sendiri sebuah lobang dari lobang neraka di dalam kuburannya. Ini menunjukkan kelemahan iman, dan bahwa dia telah menolak qadha dan qodar Allah Ta'ala, juga terhadap apa yang Dia perintahkan, terhadap takdir yang telah Dia tentukan terhadap para hamba-Nya sebagai ujian dan musibah.
Tidak diragukan lagi bahwa setan memiliki peran besar terhadap perilaku bunuh diri tersebut. Dalam kesempatan tersebut setan sangat bersenang hati, dia sangat berkeinginan agar manusia mati dalam keadaan su’ul khatimah, wal’iyadzu billah. Dia ingin merubah kondisi manusia tersebut dari kenikmatan menuju kehancuran di dalam neraka Jahannam. Mudah-mudahan Allah Ta'ala melindungi kami dan anda dari neraka Jahannam.
Sebelumnya kami menganggap, barangkali anda belum mengetahui hukuman bagi dosa bunuh diri. Adapun sekarang setelah gambarannya jelas di hadapan anda, maka anda memiliki dua pilihan; yaitu anda masuk neraka ataukah masuk sorga. Jika anda ingin masuk neraka maka bunuhlah diri anda, pergilah dan bunuhlah diri anda, tidak akan ada yang bisa menghalangi anda. Namun jika anda ingin keluar dari masalah, ingin terbebas dari derita dan menjadi ahli surga maka sayangilah diri anda agar Allah sayang pada anda.
Ananda yang tercinta, sesungguhnya arsitektur yang paling indah di kehidupan ini adalah engkau membangun sebuah jembatan harapan di atas sungai putus asa. Pekerjaan yang demikian tidak bisa dilakukan dengan baik kecuali oleh orang-ornag yang sabar, mencari pahala, dan komitmen yang jujur. Anda adalah termasuk di antara mereka, dengan izin AllahTa'ala.
Aku tidak ingin menyulitkan berbagai perkara atas anda, akan tetapi aku ingin agar anda menghilangkan kabut yang menghalangi pandangan anda. Hendaknya anda melihat dengan pandangan orang yang optimis. Jangan lupa bahwa anda sedang berada dalam permulaan kedewasaan, anda memilik berberapa perkara indah yang karenanya anda dihidupkan. Masa depan di hadapan anda insya Allah cerah. Hanya saja wajib bagi anda untuk mengalahkan pikiran-pikiran kelam tersebut, kemudian menggantinya dengan amal perbuatan positif yang penuh dengan cita-cita dan harapan-harapan.
Wajib pula bagi anda untuk berbaik sangka kepada Allah. Sepanjang anda mampu untuk berfikir maka wajib bagi anda untuk memikirkan diri anda bagaimana bisa memperbaiki keadaan, dan bagaimana anda bangkit dari kehancuran, serta jangan hanya berfikir untuk menyakiti diri sendiri.
Jalan perbaikan adalah dengan bersegera kembali kepada Rabb, berpegang teguh pada-Nya, bertawakkal, dan tunduk mengakui rahmat-Nya dengan beristighfar kepada Allah seraya meminta ampunan dan hidayah kepada-Nya. Inilah jalan selamat, serta sikap yang layak bagi seorang pemuda muslim seperti anda. Waspadalah, dan berhati-hatilah terhadap diri anda, janganlah termasuk orang yang Allah Ta'ala berfirman tentang mereka:

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujadalah: 19)
Berdirilah, berwudhu`lah, basuhlah kotoran-kotoran putus asa dengan air wudhu`, lalu gantilah dengan kesucian iman dan harapan-harapan. Bariskanlah kedua kaki anda lalu sujudlah untuk Rabb anda, mintalah pertolongan kepada-Nya, dan katakanlah:
يَا حَيّ يَا قَيُّوم بِرَحْمَتِك أَسْتَغِيث أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلّه وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَة عَيْن
“Wahai Dzat yang Maha Hidup Lagi Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah seluruh urusanku, dan janganlah Engkau pasrahkan diriku kepada diriku sendiri walau sekejap mata.”
“Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang".
Hadapilah kehidupan anda dengan ketaatan kepada Allah, hadapilah dengan cita-cita baru. Aku berdo’a kepada Allah agar memberimu rizqi berupa istri yang lebih utama dari wanita yang dulu anda cintai, anda bangun sebuah rumah tangga bersamanya di atas pondasi ketaatan kepada Allah. Membuang jauh-jauh segala hubungan yang menanamkan was-was dan bimbang, yang kedua mata anda telah melihat kezalimannya, kesusahannya dan rasa sakitanya.
Mintalah pertolongan kepada Allah, jagalah shalat lima waktu di rumah-rumah Allah, dan bergaullah bersama orang-orang shalih. Maka dengan yang demikian anda akan beruntung di dunia dan akhirat, dan anda akan termasuk orang-orang yang Allah Ta'ala berfirman tentang mereka:
• •
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl: 97)
Aku memohon kepada Allah Ta'ala agar menjaga anda dari segenap keburukan, dan memberikan rizki istri yang shalihah kepada anda.

Senin, 18 Agustus 2014

SYUBHAT INKAR ADZAB KUBUR DAN BANTAHANNYA


Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Dari dulu hingga sekarang banyak orang yang tidak mengikuti sunnah dalam memahami islam, akibatnya kesimpulan yang dihasilkan salah dan jauh dari Islam. Jika hal itu dalam bidang fikih mungkin tidak seberapa, akan tetapi jika dalam akidah maka hal itu bisa menjadi celaka, karena masuk ke dalam ahli bid'ah yang berat. Diantara pemahaman yang salah kaprah lagi turun temurun (dikalangan ahli bid'ah) adalah pengikaran terhadap adanya adzab di alam barzakh (alam kubur). Berikut ini adalah sebagaian syubhat (kerancuan berpikir) mereka sekaligus bantahannya.
Sesungguhnya dalil yang digunakan oleh para pengingkar adzab kubur dan nikmatnya untuk membenarkan keyakinan mereka yang salah adalah firman Allah :
+ _
“Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia.”
(QS. Ad-Dukhkhan: 56)
Mereka mengatakan bahwa seandainya mereka hidup didalam kuburan maka tentunya mereka akan merasakan kematian untuk yang kedua kalinya; sekali dalam kehidupan dunia, dan sekali dalam kehidupan mereka di alam barzakh.
Mereka menguatkan keingkaran mereka juga dengan firman Allah Ta'ala:
+ • _
“Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar” (QS. Fathir: 22)
Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya tujuan konteks ayat tersebut adalah penyerupaan orang-orang kafir dengan penghuni kubur dalam peniadaan pendengaran. Maka kalau mayit yang ada di dalam kubur itu hidup, atau bisa merasakan, berarti penyerupaan ini tidaklah benar.
Ini semuanya adalah dari sisi dalil naqli (nash, wahyu), adapun dari sisi akal (logika) mereka mengatakan bahwa: "sesungguhnya kita melihat bahwa orang yang disalib dan dibiarkan dalam keadaan disalib hingga bagian-bagian tubuhnya hilang, kita tidak pernah melihat padanya tanda-tanda kehidupan apapun, kita tidak melihatnya diadzab, tidak pula dia diberi nikmat. Kita melihat adanya seorang laki-laki yang dibakar, dimakan binatang buas, kita tidak melihat bekas dari apa yang kalian katakana tentang adanya adzab dan nikmat kubur."
Bantahan atas syubhat tersebut:
Sesungguhnya iman dengan kehidupan orang-orang mati dalam alam kubur mereka tidaklah mengharuskan adanya kesamaan kehidupan mereka di alam barzakh dengan kehidupan mereka di dunia. Bahkan itu adalah sebuah kehidupan yang khusus yang Allah Ta'ala telah menetapkannya bagi mereka. Berdasarkan hal tersebut, maka perkataan orang-orang yang mengingkari adzab dan nikmat kubur--dengan alasan bahwa jika orang-orang yang telah mati itu diberi nikmat dan diadzab berarti mereka akan mendapatkan kematian untuk yang kedua kalinya--tidaklah mesti demikian kecuali jika mereka menyamakan antara dua kehidupan tadi.
Titik tolak kerancuan ini para pengingkar adzab kubur ini adalah persangkaan mereka bahwa kematian itu adalah tidak berfungsinya seluruh panca indera hingga tidak bisa merasakan segala sesuatu. Anggapan demikian ini dibantah oleh nash-nash syar’i (pernyataan agama) dari kitab al-Qur'an dan sunnah nabi Muhammad.
Kemudian, ayat yang pertama tadi datang dalam bentuk kenikmatan yang dianugerahkan kepada penghuni sorga bahwa mereka kekal didalamnya dan tidak akan merasakan kematian selain kematian yang telah mereka rasakan dalam kehidupan mereka didunia. Ayat tersebut sama sekali tidak berbicara tentang adzab dan nikmat kubur, sama sekali tidak ada hubungannya alam kubur.
Maka berdalil dengan ayat tersebut adalah sebuah pemaksaan yang tidak pada tempatnya.
Adapun dalil mereka dengan ayat:
+ • _
“Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar” (QS. Fathir: 22)
Maka jawabnya adalah ayat tersebut turun dalam konteks penyerupaan keadaan orang-orang kafir yang tidak bermanfaat bagi mereka nasihat ayat al-Qur`an dengan keadaan para penghuni kubur yang tidak bisa mengambil manfaat sama sekali dari orang-orang yang menyampaikan nasehat kepadanya.
Jadi ayat tersebut menafikan (menegasikan) manfaat dari pendengaran, bukan menafikan pendengaran secara mutlak dengan dalil bahwa orang-orang kafir--yaitu orang-orang yang disebut sebagai al-Amwat dalam ayat tersebut-- mendengar ayat-ayat itu tanpa ada keraguan, akan tetapi mereka tidak bisa mengambil manfaat sama sekali.
Ini berkenaan dengan jawaban dalil-dalil mereka secara naql atas pengingkaran adzab dan nikmat kubur. Adapun dalil mereka secara akal dan perasaan, maka kita jawab dari beberapa sisi:
Pertama, bahwasannya Allah telah menutup pengetahuan kita akan apa yang terjadi pada diri mayit sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada kita, agar kita tidak meninggalkan penguburan mayat. Nabi telah bersabda:
إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِيْ قُبُوْرِهَا، فَلَوْلَا أَنْ لاَ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Sesungguhnya umat ini diuji didalam (alam) kuburannya, maka seandainya saja kalian tidak saling menguburkan, tentunya aku akan berdo’a kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian sebagaian dari adzab kubur.” (HR. Muslim)
Kedua, ketidak adanya pengetahuan kita terhadap apa yang terjadi pada mayit berupa adzab atau nikmat kubur tidaklah menunjukkan ketidak adaannya. Kekuasaan Allah Ta'ala tidaklah terbatas, Dia Maha Kuasa untuk mengadzab atau memberikan nikmat kepada orang yang mati terbakar, atau mati termangsa binatang buas. Tidak ada sesuatupun yang sulit bagi Allah Ta'ala, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketiga, bahwasannya kita melihat pada hari ini berbagai macam cara penyiksaan yang beraneka ragam, dan penyiksaan-penyiksaan tersebut tidaklah memberikan bekas ditubuh, seperti siksaan listrk atau siksaat jiwa. Itu adalah satu macam bentuk penyiksaan, dan bisa jadi menjadi siksaan yang lebih berat dari siksaan yang meninggalkan bekas luka di tubuh.
Keempat, bahwasannya termasuk pokok keimanan kita adalah iman kepada ilmu ghaib, dan adzab kubur termasuk iman kepada yang ghaib. Pengingkaran terhadap adzab dan nikmat kubur dengan alasan bahwa hal tidak tampak dan tidak kita rasakan, adalah membuka pintu penentangan terhadap yang ghaib selebar-lebarnya.
Para malaikat berkeliling disekitar kita dan menulis kebaikan serta keburukan kita dan kita tidak pernah melihatnya, akan tetapi sekalipun demikian kita tetap mengimaninya, begitupula jin. Maka apakah dengan tidak melihatnya kita jadikan sebagai justifikasi pengingkaran terhadap perkara ghaib tersebut?!
Alangkah kerdilnya cara pandang dan logika seperti ini.
Maka dengan demikian, tampak bahwa barangsiapa mengingkari adzab dan nikmat kubur tidaklah mereka memiliki ilmu kecuali hanyalah kebimbangan, persangkaan dan dugaan. Bagi orang mukmin bahwasannya dalil-dalil dari kitab dan sunah telah tegak dalam menetapkannya dan membenarkannya. Wallahu a’lam.