Translate

Senin, 05 Mei 2014

BICARA DALAM HATI, APAKAH MEMBATALKAN SHALAT?

BICARA DALAM HATI, APAKAH MEMBATALKAN SHALAT?
Assalamu'alaikum. Saya punya beberapa pertanyaan:
1. Membaca al-Fatihah dan bertakbir adalah rukun shalat. Apakah definisi membaca? Apakah cukup dalam hati, atau paling tidak mulut kita bergerak tanpa suara, atau harus bersuara?
2. Apakah berbicara dalam hati membatalkan shalat? Misalnya “aduh imamnya kok cepet banget ya”.
3. Ketika shalat, terkadang hati malas sekali. Bawaannya ingin menyudahi dan membatalkan shalat saja. Tapi shalatnya tetap saya teruskan meskipun hati ingin membatalkan. Apakah sah shalat seperti itu?
Terima kasih.
Kevin Yudistira.
Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Syaikh Ibn Utsaimin berkata: “Wajib hukumnya menggerakkan kedua bibir dalam membaca al-Qur`an dalam shalat. Begitu juga saat membaca dzikir-dzikir wajib seperti takbir, tasbih, tahmid, dan tasyahhud, karena tidak disebut perkataan, bila tidak diucapkan, dan tidak ada ucapan melainkan dengan menggerakkan kedua bibir dan lisan. Oleh karenanya para sahabat dapat mengetahui bacaan Nabi Muhammad dari jenggotnya yang bergerak. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat apakah wajib bagi seseorang memperdengarkan bacaannya pada dirinya sendiri? Atau cukup dengan sekedar mengucapkan huruf-huruf saja?
Diantara ulama ada yang mengatakan wajib baginya memperdengarkan bacaan pada dirinya sendiri. Dengan kata lain ucapannya harus disertai dengan suara yang dapat didengar oleh dirinya sendiri.
Dan sebagian ulama mengatakan, jika ia menampakkan hurufnya itu sudah cukup. Dan inilah pendapat yang benar.(Liqa’ al-Bab al-Maftuh, kaset XX).
Sedangkan berkenaan dengan pertanyaan anda kedua, sesungguhnya Nabi telah membedakan antara bacaan hati yang disebut dialog hati dengan perkataan.
Dialog hati bukanlah perkataan. Nabi Muhammad bersabda:
إن الله عفى لأمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تتكلم أو تعمل
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku tentang apa yang mereka bicarakan dalam hati selama ia tidak mengucapkannya (dengan lisan) atau melakukannya”.
Kemudian tentang pertanyaan ketiga, Sesungguhnya syaitanlah yang ingin membatalkan shalat Anda bukan hati anda. Shalat anda tersebut sah dengan izin Allah, tapi shalat tersebut tidak sempurna karena kualitas khusu’nya berkurang dalam shalat anda. Orang yang sedang shalat seharusnya dapat melakukannya dengan khusu’, karena khusu’ adalah inti shalat dan ruhnya.
Maka hendaknya seseorang menjaga khusu’nya sehingga shalatnya sempurna. Berdasarkan hal tersebut saya nasehatkan agar Anda meningkatkan iman dalam hati. Iman itu bertambah dan berkurang, maka Anda harus berusaha sekuat tenaga selalu dalam keadaan suci (berwudhu’). Dibarengi dengan selalu melaksanakan shalat sunnah dan wajib pada waktunya, karena bila syaithan mendapati seseorang dalam kondisi seperti itu ia akan putus asa. Wallahu a’lam.